Setiap anak lahir dengan kemampuan luar biasa untuk belajar. Dimulai pada saat dilahirkan dan memasuki puncak pada usia sekitar 2 tahun, otak anak membentuk jutaan saluran penghubung ketika dirangsang oleh interaksi dengan dunia luar (J.L. Elaman and others, Rethinking Innateness: AA Connectionist Perspective on Development ; Cambridge, MA:MIT Press,1996). Berbagai pengalaman ini akan meningkatkan pertumbuhan fisik, pengenalan bahasa, dan sosial emosional serta meningkatkan kemampuannya untuk belajar. Sekalipun anak-anak mengembangkan kemampuan bahasanya karena pembawaan sejak lahir, para orang tua dan pengasuh yang sering mengajaknya bicara dan bermain akan memengaruhi serta meningkatkan perkembangan kemampuan berbicara dan pengenalan buah hati kita.
Bahasa merupakan suatu konsep yang lebih luas dari pada kemampuan berbicara. Bahasa merupakan suatu sistem simbolis yang digunakan untuk mewakili pikiran seseorang. Hal tersebut mengacu pada kosakata, tata bahasa, dan kondisi sosial yang mengatur cara kita berkomunikasi melalui berbagai sarana seperti berbicara, memberikan isyarat tubuh, dan menulis. Bahasa memberikan arti bagi semua bunyi dari kemampuan bicara yang kita lakukan.
Kita orang dewasa yang ada disekitarnya terutama Ayah Bunda adalah model bahasa pertama dan paling penting bagi buah hati kita. Apa yang Ayah Bunda katakan kepada anak dan bagaimana kita berinteraksi dengannya akan mempengaruhi perkembangan bahasanya. Untuk menjadi seorang model bahasa yang baik, perlu kita ingat bahwa : apabila kita selalu mengantisipasi berbagai kebutuhan anak tanpa membiarkannya untuk berusaha menjadi pihak pertama yang membuka komunikasi, maka secara tidak langsung kita telah mengajarkan bahwa ia tak perlu menggunakan bahasa untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Para orangtua dan pengasuh harus mengerti bagaimana penerimaan bahasa bekerja, karena keterlibatan mereka merupakan hal yang penting untuk meningkatkan perkembangan yang normal dan mengidentifikasikan berbagai masalah yang potensial. Salah satu cara terbaik untuk mendorong pertumbuhan bahasa yang normal adalah dengan menyediakan suatu lingkungan dimana seorang anak membutuhkan komunikasi tanpa perlu dipaksa untuk melakukannya.
Dibawah ini adalah beberapa teknik yang dapat kita gunakan untuk menjadi model bahasa yang baik bagi buah hati kita.
- Doronglah dan tanggapi berbagai usaha yang dilakukan anak untuk berkomunikasi dengan kita. Sebisa mungkin, berbicaralah dengan anak mengenai apa yang sedang terjadi. Sebagai contoh, apabila bunda sedang mencuci baju atau mencuci piring sementara anak berada didekat kita, bicaralah dengannya mengenai apa yang sedang terjadi. Jawablah usaha-usaha komunikasinya (seruan tanda heran, celotehan, kontak mata dan sebagainya) dengan tanggapan yang serupa.
- Ikuti saat Anak memimpin. Alih-alih selalu berbicara dengan anak mengenai hal-hal menarik bagi kita, berbicaralah dengannya mengenai hal-hal yang menarik baginya pada saat itu. Ambillah kesempatan dari perhatiannya yang telah terfokus. Dalam suatu kegiatan, mintalah buah hati kita memberi peraturan dan arahan misalnya dalam bermain bola. Jadikan dia pemimpin permainan dan ikutilah apa yang buah hati kita katakan.
- Berbicaralah mengenai benda-benda yang dapat terlihat maupun peristiwa-peristiwa yang baru terjadi. Seorang anak akan mengerti dengan lebih baik terhadap apa yang kita katakan ketika kita fokus pada apa yang berada didepannya. Hindari berbicara mengenai benda-benda yang berada diruangan yang lain, hal-hal yang terjadi di masa lalu, atau hal-hal lain yang akan terjadi dimasa depan.
- Buatlah kalimat-kalimat yang singkat. Panjang kalimat kita harusnya hanya satu atau dua langkah didepan kemampuan buah hati kita. Apabila buah hati kita masih dalam tahap belajar mengucapkan kosakata, kita harus menggunakan kalimat yang terdiri atas dua atau tiga kata. Apabila buah hati kita mengucapkan satu atau dua kata, maka kita harus menggunakan kalimat terdiri atas tiga hingga lima kata.
- Sederhanakan kalimat yang kita ucapkan. Sebisa mungkin, hindari menghubungkan dua pemikiran sekaligus dan jangan memodifikasi penguraian yang panjang pada tahap-tahap awal perkembangan bahasa. Sebagai contoh, hindari kalimat seperti, “kamu harus memakai baju dan bersiap ke taman yang memiliki pancuran air yang indah.”
- Ulangi dan nyatakan kembali. Ulangi kalimat yang kita ucapkan beberapa kali ketika berbicara dengan buah hati kita. Dan kadang kala katakan hal yang sama dengan beberapa cara yang berbeda. Sebagai contoh, apabila kita mengira buah hati kita menginginkan sepotong kue, katakan, “Mau kue ? Satu Saja ? Apakah Johnny mau kue ? Mau ?”
- Lebih-lebihkan intonasi ketika kita berbicara dan tekankan pada kata-kata yang penting. Tekankan pada kata-kata yang kita inginkan agar diperhatikan oleh buah hati kita. Sebagai contoh, apabila kita sedang mengajarkan buah hati kita mengenai ukuran, katakan, “ini bola yang besar.”
- Gunakan kosakata yang sederhana dan konkret. Hindari kata-kata yang besar maupun konsep yang abstrak. Sebagai contoh, gunakan kata “mobil”, bukan Chevrolet.
- Gunakan kata-kata yang memiliki terapan luas. Pilihlah kata-kata yang dapat digunakan berkali-kali bagi banyak objek dan peristiwa. Sebagai contoh, “pergi” dapat digunakan untuk menggambarkan mengendarai mobil, berjalan kaki, berlari dan sebagainya.
- Berbicaralah sejajar dengan mata anak. Berlutut atau duduklah dilantai atau diseberang meja dihadapan buah hati kita guna menarik perhatiannya. Melihat ekspresi wajah dan mata kita akan membantunya untuk mengerti apa yang kita katakan.
- Bersemangatlah. Biarkan ekspresi wajah dan suara kita menunjukkan pada buah hati kita bahwa apa yang kita lakukan merupakan hal yang menarik dan menyenangkan.
- Libatkan anak dalam berbagai aktivitas. Doronglah buah hati kita untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas yang tentu saja bersifat membantu untuk berkomunikasi. Bermainlah bersama, membaca bersama, berjalan-jalan didalam rumah maupun lingkungan sekitar rumah, buatlah anak mengamati kita ketika sedang melakukan pekerjaan rumah tangga, dan lain sebagainya. Cara terbaik untuk mempelajari bahasa adalah dengan melakukannya.
- Perlambat dan ambillah waktu jeda. Kurangi kecepatan berbicara sehingga buah hati kita dapat belajar untuk membedakan berbagai bunyi dan kata. Selain itu, tekankan jeda alamiah diantara berbagai kalimat dan ucapan guna memperjelas unit-unit strukturnya.
- Hindari menggunakan cara bicara bayi. Sebisa mungkin, doronglah buah hati kita untuk menggunakan bentuk bicara orang dewasa. Hindari meniru atau mengikuti cara pengucapan buah hati kita yang belum matang. Misalnya menyebut “susu” menjadi “cucu”, “makan” menjadi “mamam’ dsb.
- Jangan mendominasi percakapan. Berusahalah untuk tidak membebani anak dengan rangsangan lisan yang terlalu banyak. Berhenti sejenak adalah bagian pembicaraan yang alamiah, dan kebungkaman memberikan anak kesempatan untuk menanggapi apa yang telah kita katakan dan juga untuk melakukan percakapan.
- Jangan terlalu banyak bertanya dan memerintah. Memberikan model memang baik bagi keterampilan berbahasa, tetapi jangan memerintahnya. Jangan mengatakan kepada anak apa yang harus dikatakannya dan menanyakan terlalu banyak pertanyaan yang bersifat langsung seperti ‘apa ini?’. Beberapa anak menganggap pertanyaan yang bersifat langsung sebagai intimidasi dan penarikan diri.
- Perlihatkan harapan. Tunjukkan pada buah hati kita tercinta bahwa kita mengharapkan mereka untuk berkomunikasi. Sebagai contoh, setelah mengatakan sesuatu kepadanya, jagalah kontak mata dan lihatlah ke arahnya dengan tatapan seolah mengharapkan sesuatu. Masa jeda yang penuh perhatian ini menunjukkan kepadanya bahwa kita mengharapkan suatu tanggapan.
Sumber: Buku Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak (Laura Dyer, MCD, CCC-SLP, Ahli Patologi Bicara-Bahasa Bersertifikat), Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer (BIP: Kelompok Gramedia)